November 6, 2025

Tribune Plus

Mimbar Masyarakat Kritis dan Demokratis

7 Tahun Bumi Sarabakawa Bebas Penyakit Demam Berdarah Dangue

Bagikan Berita di Atas

Loading

BANJARMASIN TRIBUNEPLUSONLINE.COM Pemerintah Kabupaten Tabalong terus melakukan segala upaya untuk meminimalisir angka kasus Demam Berdarah (DBD) hal ini dibuktikan hampir selama Tujuh Tahun terakhir warga Bumi Sarabakawa tidak ditemukan adanya penyakit yang mematikan tersebut.

Berdasarkan Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong terhitung sejak Tahun 2016 sampai dengan pertengahan tahun 2023, telah melakukan evaluasi ter hadap Kasus ini, namun hanya menemukan kasus DBD menyerang warga Tabalong masih bisa dihitung dengan jari, tanpa adanya Kasus kematian.

Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Tabalong dalam menekan kasus Demam Berdarah ( DBD ) tak terlepas dari peran Masyarakat, Pemerintah Daerah Dinas Kesehatan dalam melakukan pencegahan dengan berbagai cara diantaranya melakukan sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya DBD.

Di akuinya Kasus Demam Berdarah Dangue di kabupaten Tabalong masih ada ditemukan, namun sangat sedikit jumlahnya atau boleh dikatakan tidak ada ” sebenarnya sudah tidak ada DBD di daerah kami. Sejak tahun 2016 lalu sampai sekarang, atau selama tujuh tahun terakhir ” kata Bupati Tabalong, H. Anang Syakhfiani, saat menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan DAK Program P2P Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2023 di Hotel Rattan Inn Banjarmasin. ( Kamis 13/7/2023 )

Menurut Bupati Tabalong Dr.Drs.H.Anang Syakhfiani, M.Si saat menyampaikan Topik Strategi Penanggulangan DBD (Demam Berdarah Dangue) menjelaskan Kabupaten Tabalong dinyatakan berhasil pengendalian DBD tidak hanya di tingkat Provinsi, namun berhasil secara nasional.

Keberhasilan kabupaten Tabalong dalam menangani DBD membawa Bupati Tabalong bakal menjadi pembicara di kegiatan skala Asean yang akan berlangsung di Bogor, Jawa Barat dalam waktu dekat

Penanganan DBD di Kabupaten Tabalong di ceritakan oleh Bupati , dalam memberantas, Pihaknya melakukan perencanaan, komitmen bersama serta kolaborasi, sinergitas dan kerja keras. Kabupaten Tabalong dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan kondisi geografis atau ujung utara Provinsi Kalimantan Selatan. “Tabalong menjadi perlintasan provinsi, baik bagi masyarakat yang akan ke Kalimantan Tengah juga Kalimantan Timur dan sebaliknya. ” Ujarnya.

Masih menurut Bupati Tabalong menamakan, Daerah perlintasan dari kedua provinsi tentu rentan terhinggapi DBD yang dibawa dari luar kabupaten, oleh sebab itu tantangan tersendiri bagi Pemkab Tabalong untuk melakukan berbagai upaya. Baik itu berupa peningkatan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, puskesmas, upa mitigasi serta pembentukan tim, sosialisasi, penyelenggaraan lomba-lomba kebersihan dan kesehatan serta kegiatan kesehatan masyarakat lainnya.
“Penanggulangan yang kami lakukan tak bisa sendiri, namun melalui komitmen bersama, kolaborasi dan sinergitas dengan banyak pihak. Baik itu dengan DPRD, Camat, Lurah dan juga Kepala Desa, Perusahaan yang ada di daerah, Forkopimda, serta organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan,” kata Anang.


Anang menyebut, banyak pejabat sering hanya bisa menyuarakan tentang kolaborasi dan sinegitas. Namun tidak mengerti bagaimana cara melakukannya. Begitu halnya mengenai inovasi yang berarti melakukan suatu cara baru untuk merubah agar menjadi lebih baik dibandingkan menggunakan cara lama.
“Saya katakan kepada mereka untuk melakukan inovasi, tidak perlu yang rumit-rumit,” tandasnya.


Kabupaten Tabalong tercatat paling rendah kasus DBD di Provinsi Kalimantan Selatan dan nomor empat secara nasional pada Tahun 2022 lalu. “Hal ini berkat inovasi Sapu AJA DBD (Sapuluh menit Abatisasi Jajantik Aides Demam Berdarah Dengue) dan G1R1J (Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik),” tegas Bupati. ( IKP Diskominfo )

Editor Riyanmaulana tribuneplusonline.com